KREASI MUDA JUKUTSIIL
Jumat, 01 Mei 2020
Rabu, 29 April 2020
Senin, 27 April 2020
Minggu, 17 Agustus 2014
Sabtu, 25 Januari 2014
Tanda-tanda Akhir Zaman, Islam muncul dalam keadaan asing, dan akan kembali (asing), sebagaimana ia muncul dalam keadaan asing, Maka beruntunglah orang-orang asing
Tanda-tanda Akhir Zaman, Islam muncul dalam keadaan asing, dan akan kembali (asing), sebagaimana ia muncul dalam keadaan asing, Maka beruntunglah orang-orang asing
Di akhir zaman, seperti zaman kita ini, sebelum datangnya hari kiamat akan
ada hari-hari yang di dalamnya turun dan tersebar kejahilan yang disebabkan
oleh malasnya manusia dan enggannya mereka dari menuntut ilmu agama, yaitu ilmu
tentang Al-Qur’an dan Sunnah. Nabi-shollallahu alaihi wasallam- bersabda,
إِنَّ بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ لَأَيَّامًا يَنْزِلُ فِيْهَا الْجَهْلُ
وَيُرْفَعُ الْعِلْمُ
“Sesungguhnya di depan hari kiamat ada hari-hari yang kejahilan
diturunkan di dalamnya, dan ilmu diangkat”. [HR. Al-Bukhoriy (6654)]
Banyak diantara sunnah Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- yang dilalaikan
orang pada hari ini sehingga terkadang menjadi sesuatu yang mahjur
(ditinggalkan).
Inilah yang pernah diisyaratkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
ketika beliau bersabda dalam sebuah hadits,
بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيْبًا وَسَيَعُوْدُ كَمَا بَدَأَ غَرِيْبًا فَطُوْبَى
لِلْغُرَبَاءِ
“Islam muncul dalam keadaan asing, dan akan kembali (asing), sebagaimana
ia muncul dalam keadaan asing. Maka beruntunglah orang-orang asing“. [HR.
Muslim dalam Kitab Al-Iman (232)]
Semua ini disebabkan karena kurangnya perhatian kaum muslimin terhadap
agamanya dan sunnah Rasul-Nya-shollallahu alaihi wasallam-. Kurangnya perhatian
mereka menuntut ilmu syar’i karena kesibukan duniawi yang memalingkan mereka.
Sementara mereka tak ada perhatian lagi dengan majelis ilmu dan majelis ta’lim.
Akibatnya, agama dan Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam terasa
asing dan aneh di sisi mereka.
Memang mereka terkadang mendatangi majelis ta’lim. Namun jika mereka hadir,
nampak pada wajah mereka lelah dan keterpaksaan ikut majelis ta’lim. Yah, hanya
sekedar hadir agar orang tidak mencelanya. Maka anda akan lihat orang semacam
ini jika hadir di majelis ta’lim, ada yang ngantuk , bahkan tidur. Ada yang bersandar di
tembok, jauh dari ustadz. Ada
yang sengaja duduk di belakang untuk sembunyi; jika ngantuk dan tertidur, ia
bisa sembunyikan wajahnya di balik punggung kawannya. Ada yang cerita dengan temannya sehingga
mengganggu ceramah ustadz. Ada
yang melayang pikirannya sampai Amerika. Inilah kondisi mereka sehingga tak
heran jika mereka tetap jahil terhadap agamanya. Jika mendengar cerita yang
menguntungkan dunianya, maka matanya terbelalak. Betul dunia adalah nikmat yang
Allah berikan. Namun jangan dijadikan tujuan hidup dan pusat perhatian. Dunia
diambil sekedar bekal menuju Allah (Ta’ala). Allah tidak memberikan
nikmat kepada seorang hamba-Nya, kecuali nikmat itu hanya sekedar alat dan
sarana yang dipakai untuk beribadah dan beramal sholeh. Dunia dengan segala
nikmatnya bukanlah merupakan tujuan dan terminal terakhir bagi seorang muslim.
Akan tetapi merupakan tempat persinggahan mengambil bekal menuju perjalanan
akhir, yaitu akhirat.
Fenomena berlombanya kaum muslimin memperbanyak harta benda dan fasilitas
duniawi sehingga membuat mereka lupa terhadap agamanya merupakan sebab tersebarnya
kejahilan. Jika semakin hari, semakin tersebar kejahilan, maka ketahuilah bahwa
ini adalah salah satu diantara ciri dan tanda dekatnya hari kiamat.
Nabi-shollallahu alaihi wasallam- bersabda,
مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ : أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ وَ يُثْبَتَ الْجَهْلُ
“Diantara tanda-tanda kiamat: Diangkatnya ilmu, dan kokohnya (banyaknya)
kejahilan”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (80), dan Muslim dalam
Shohih-nya (2671)]
Di akhir zaman, seperti zaman kita ini, sebelum datangnya hari kiamat akan
ada hari-hari yang di dalamnya turun dan tersebar kejahilan yang disebabkan
oleh malasnya manusia dan enggannya mereka dari menuntut ilmu agama, yaitu ilmu
tentang Al-Qur’an dan Sunnah. Nabi-shollallahu alaihi wasallam- bersabda,
إِنَّ بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ لَأَيَّامًا يَنْزِلُ فِيْهَا الْجَهْلُ
وَيُرْفَعُ الْعِلْمُ
“Sesungguhnya di depan hari kiamat ada hari-hari yang kejahilan
diturunkan di dalamnya, dan ilmu diangkat”. [HR. Al-Bukhoriy (6654)]
Di tengah kabut kejahilan menyelimuti manusia, tersebarlah berbagai macam
maksiat berupa pembunuhan, pencurian, perzinaan, dan kerakusan terhadap harta.
Ini semua diakibatkan oleh hilangnya ilmu agama yang bermanfaat di tengah
manusia. Nabi-shollallahu alaihi wasallam- bersabda dalam riwayat lain ketika
menyebutkan tanda dekatnya hari kiamat,
يَتَقَارَبُ الزَّمَانُ وَيُقْبَضُ الْعِلْمُ وَتَظْهَرُ الْفِتَنُ وَيُلْقَى
الشُّحُّ وَيَكْثُُرُ الْهَرْجُ
“Zaman akan saling mendekat, diangkatnya ilmu, munculnya berbagai fitnah
(masalah), diletakkan kerakusan, dan banyaknya peperangan”. [HR.
Al-Bukhoriy (989) dan Muslim (157)] Al-Imam Ibnu Baththol –rahimahullah-
berkata , “Semua yang dikandung oleh hadits ini berupa tanda-tanda kiamat
sungguh kami telah melihatnya dengan mata kepala. Ilmu sungguh telah diangkat,
kejahilan muncul, dile tak kannya penyakit rakus dalam hati, fitnah (musibah)
merata, dan pembunuhan banyak”. [Lihat Fath Al-Bari (13/16)]
Ini di zamannya Ibnu Baththol –rahimahullah-, maka bagaimana lagi di zaman
kita ini kejahilan merata dimana-mana, baik di kota maupun di pedalaman. Kejahilan di negeri
kita bukan hanya mengenai rakyat jelata yang tak berpendidikan agama, bahkan
juga mengenai kaum terpelajar. Hal ini sebagaimana yang disabdakan oleh
Nabi-shollallahu alaihi wasallam-,
إِنَّ اللهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ اِنْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ النَّاسِ
وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يَتْرُكْ
عَالِمًا اِتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُسًا جُهَّالًا فُسُئِلُوْا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ
عِلْمٍ فَضَلُّوْا وَأَضَلُّوْا
“Sesungguhnya Allah tidak mengangkat ilmu dengan sekali mencabutnya dari
manusia. Akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan mematikan para ulama’ sehingga
apabila Allah tidak menyisakan lagi seorang ulama’pun, maka manusiapun
mengangkat pemimpin-pemimpin yang jahil. Mereka (para pemimpin tsb) ditanyai,
lalu merekapun memberikan fatwa tanpa ilmu. Akhirnya mereka sesat dan
menyesatkan (manusia)” . [HR. Al-Bukhory dalam Kitab Al-Ilm (100), dan
Muslim dalam Kitab Al-Ilm (2673)]
Al-Imam Abu Zakariya An-Nawawiy-rahimahullah- berkata ketika menjelaskan
makna hadits di atas, “Hadits ini menjelaskan maksud tercabutnya ilmu dalam
hadits-hadits lalu yang muthlak (umum), bukan menghapusnya dari dada para
penghafal (pemilik) ilmu itu. Akan tetapi maknanya, para pembawa ilmu itu
(yakni para ulama) akan mati. Lalu manusia mengangkat orang-orang jahil
(sebagai pemimpin dalam agama). Orang-orang jahil itu memutuskan perkara
berdasarkan kejahilan-kejahilannya. Lantaran itu ia sesat, dan menyesatkan
orang”. [Lihat Al-Minhaj Syarh Shohih Muslim ibn Al-Hajjaj (16/224), cet. Dar
Ihya’ At-Turots Al-Arabiy] Alangkah banyaknya pemimpin dan ustadz-ustadz
seperti ini. Mereka diangkat oleh manusia sebagai seorang ulama’ dan ustadz.
Padahal ia tidaklah pantas dijadikan panutan, karena ia jahil. Kalaupun ia
berilmu, namun ilmu itu di buang di belakang punggungnya. Manusia jenis ini
banyak bermunculan bagaikan jamur di musim hujan.
Coba lihat disana, manusia mengangkat seorang pelawak sebagai “da’i sejuta
ummat”. Padahal bisanya cuma tertawa dan menggelitik para pendengar.
Dari arah lain, muncul para normal yang dulunya dijauhi oleh manusia, karena
dikenal memiliki sihir. Sesaat kemudian berubah menjadi “da’i sejuta ummat”,
karena sekedar pernah memimpin dzikir jama’ah yang dihadiri oleh sebagian kiyai
jahil dan orang-orang yang memiliki kedudukan. Dulunya tukang sihir dan dukun
(para normal), kini menjadi ustadz, bahkan terakhir bergelar “KH”. Artis pun
tak ketinggalan ambil job dalam kancah dakwah dengan bermodalkan semangat
kemampuan tampil di depan publik dan wajah ganteng sebagai modal dengkul untuk
menarik ummat menuju ke neraka. Bagaimana tidak, sebab seorang yang berdakwah
tanpa ilmu akan mengantarkan dirinya berbicara tanpa batas, sehingga terkadang
ia telah merusak dan menghancurkan agama pendengarnya, namun ia tak sadar
karena memandang dirinya lebih pandai dari pendengar. Padahal ia jahil atau
mungkin lebih jahil dari pendengar. Nas’alullahal afiyah wassalamah minal
fitan.
Lebih para lagi, jika dakwah yang ditangani oleh orang-orang jahil dihiasi
dengan perkara-perkara yang melanggar syari’at, seperti dakwah dihiasi dengan
musik dengan istilah “Nada dan Dakwah”. Ini adalah cara dakwah yang keliru,
karena menyalahi tuntunan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Dengarkan
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam mengharamkan musik,
لَيَكُوْنَنَّ مِنْ أُمَّتِيْ أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّوْنِ الْحِرَّ
وَالْحَرِيْرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ
“Sesungguhnya akan ada beberapa kaum dari ummatku akan menghalalkan
zina, kain sutra, minuman keras (khomer), dan musik“. [HR. Al-Bukhoriy
dalam Kitab Al-Asyribah (5590)]
Muhaddits Negeri Syam Muhammad Nashiruddin Al-Albaniy Al-Atsariy
–rahimahullah- berkata dalam kitabnya Tahrim Alat Ath-Thorb (hal 105),
“Sesungguhnya para ulama dan fuqoha –diantaranya empat imam madzhab- sepakat
mengharamkan alat-alat musik karena berteladan dengan hadits-hadits Nabi
Shollallahu Alaihi wa Sallam dan atsar-atsar Salaf ”. Jadi, berdakwah dengan
musik merupakan perkara kejahilan dan kebatilan yang menyalahi tuntunan Allah (Ta’ala),
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , dan para ulama’ kaum msulimin dari
dulu sampai hari ini. Oleh karena itu, kita sesalkan adanya sebagian
orang-orang jahil atau pura-pura jahil yang menyemarakkan program “Nada dan
Dakwah” yang jelas dan nyata menyelihi agama !! Ini lebih diperparah lagi
dengan bantuan “Guru Besar” alias televisi dalam menyemarakkannya demi meraih
keuntungan duniawi yang semu, dan memperturutkan hawa nafsu.
Realita ummat yang demikian ini membuat dahi berkerut dan kepala sakit
karena banyaknya dan bertambahnya “PR” yang perlu diselesaikan oleh para dai
kebenaran. Dengan realita kejahilan ummat seperti ini, tak pelak jika banyak
menimbulkan masalah. Tak heran jika terkadang ada sunnah Nabi -Shollallahu
‘alaihi wasallam- yang ingin diamalkan di zaman ini, mereka serta merta
merasakannya sebagai suatu yang asing, menolaknya, menganggapnya bukan dari
Islam!! Bahkan memusihi dan menyakiti sebagian hamba-hamba Allah (Ta’ala)
yang mengamalkannya. Jika kejahilan tentang agama merata di tubuh ummat, maka
akan tersebar berbagai macam pelanggaran, syirik, kekafiran, bid’ah, dan
maksiat, baik yang nampak, maupun yang tersemunyi.
Inilah awal kehinaan yang akan menimpa ummat Islam yang dimanfaatkan oleh
musuh-musuh Islam. Jika ummat Islam sibuk dengan dunia, sibuk dengan
peternakan, pertanian, perdagangan –apalagi riba- sehingga lupa mempelajari
agamanya dari Al-Qur’an dan Sunnah, maka Allah akan timpakan kehinaan atas
mereka. Inilah kehinaan yang tak mungkin akan tercabut dari tubuh ummat kecuali
mereka mau kembali kepada agamanya dengan ilmu agama yang benar, dan berguna.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِيْنَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ
وَرَضِيْتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ
ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوْا إِلَى دِيْنِكُمْ
“Jika kalian berjual-beli dengan cara ‘inah (salah satu bentuk riba,
-pen), kalian memegang ekor-ekor sapi, ridho dengan bercocok tanam, dan
meninggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan kepada kalian suatu kehinaan
yang tak akan dicabut oleh Allah sampai kalian kembali kepada agama kalian“.
[HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya (3462).
Hadits ini di-shohih-kan oleh Al-Muhaddits Al-Atsariy Syaikh Al-Albaniy
dalam Ash-Shohihah (11)] Kesibukan dengan dunia menyebabkan kita akan semakin
cinta kepadanya, dan takut mati untuk menghadap Allah (Ta’ala) .
Seakan-akan kita mengharapkan diri dan harta benda yang melalaikan kita agar
kekal di dunia, tanpa menghadapi hisab. Abu Hurairah -radhiyallahu ‘anhu-
berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يُوْشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى
قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ: وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ ؟ قَالَ : بَلْ
أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيْرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ
وَلَيَنْزِعَنَّ اللهُ مِنْ صُدُوْرِ عَدَوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ
وَلَيَقْذِفَنَّ اللهُ فِيْ قُلُوْبِكُمْ الْوَهْنَ ” فَقَالَ قَائِلٌ:
يَارَسُوْلَ اللهِ وَمَا الْوَهْنُ ؟ قَالَ : حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ
الْمَوْتِ
“Hampir saja ummat-ummat saling memanggil (menyerang) menuju kalian
sebagaimana orang-orang yang mau makan saling memanggil kepada nampannya”. Ada yang bertanya,
“Apakah karena kita sedikit saat itu?” Beliau bersabda, “Bahkan kalian saat itu
banyak, tapi kalian buih laksana buih ombak. Allah benar-benar akan mencabut
perasaan segan terhadap kalian dari dada musuh kalian; Allah akan mencampakkan
kelemahan dalam hati kalian”. Ada
yang bertanya, “Apa kelemahan itu?” Beliau menjawab, “Cinta dunia, dan takut
mati”. [HR. Abu Dawud dalam Kitab Al-Malahim (4297). Di-shohih-kan oleh
Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (958)]
Langganan:
Postingan (Atom)